Selasa, 28 Oktober 2014

FILM FURY FILM PERANG YANG DAHSYAT

Fury, Film Perang Dahsyat nan Humanis

Film perang selalu concern pada kendaraan perang dan persenjataan yang masif,  pengerahan banyak tentara dan adegan peperangan nan dahsyat yang membuat stigma film perang selalu epik dan kolosal. Karena menitikberatkan pada depiction situasi peperangan, maka jarang ada film perang yang sekaligus mengemas adegan-adegan peperangan yang didasarkan pada kekuatan cerita, kekuatan akting para aktor serta tensi cerita dalam satu paket film yang tetap dahsyat, jaw-dropping sekaligus humanis.
Nah, Fury adalah salah satu film perang yang layak mendapatkan pengakuan sebagai film perang yang “indah” karena suasana peperangan disuguhkan secara dramatis, diselingi sisi humanis para tentara termasuk adanya konflik dan secuil melodrama romansa. Ada kekejaman perang di sana dengan darah dimana-mana, tercampur dengan teamwork, persahabatan, komitmen, konsekuensi, hingga kisah asmara dan bumbu komedi.
Menurut saya ini adalah film terbaik David Ayer selama karirnya di dunia film. Apalagi dalam film ini, sutradara kelahiran Illinois AS ini merangkap menjadi produser, penulis skenario dan sutradara. Sebelumnya, beberapa film David yg menjadi hit adalah The Fast and The Furious dimana dia didapuk menjadi penulis naskah, serta terakhir End of Watch dan Sabotage.
Cast film ini juga layak disebut the dream team dan sangat marketable. Peran Brad Pitt ditunggu oleh fans berusia 40an ke atas, Shia LaBeouf untuk fans usia 20an-30an dan Logan Lerman menarik penggemar dari remaja hingga usia 20an tahun yang mulai menggemari film-film ber-genre perang.
14142552951784198115

Fury merujuk pada arti amarah atau kemurkaan, klop dengan situasi dalam setiap peperangan. Namun Fury sebagai judul film ini sejatinya adalah nama sebuah tank tipe menengah M4A3E8 Sherman yang diawaki oleh sebuah tim di bawah komando Don “Wardaddy” Collier (Brad Pitt) dan timnya yang kesemuanya adalah veteran perang di Afrika yaitu Boyd “Bible” Swan (Shia LaBeouf) petembak yang suka membaca kitab suci – oleh karenanya dipanggil dengan nama Bible, lalu Grady “Coon-Ass” Travis (Jon Bernthal) sebagai pemasang amunisi dan Trini “Gordo” Garcia (Michael Peña) sebagai pengemudi tank. Lalu karena salah satu anggota timnya tewas, satu tentara yang masih belia, Norman Ellison (Logan Lerman), belakangan direkrut untuk menggantikan salah satu anggota tim yang tewas. Norman sebenarnya bukan seorang tentara namun seorang pengetik yang punya kemampuan mengetik enam puluh kata per menit. Karena masih belia dan tidak terlatih menjadi tentara serta keluguan dan kegamangan terlibat dalam kondisi peperangan, ia kerap menjadi bahan olokan teman-teman satu timnya, terlebih oleh Coon-Ass.
Tank Fury menyusuri kota demi kota di Jerman selama pendudukan sekutu atas Nazi pada April 1945 ketika Perang Dunia ke-2. Misi tentara sekutu yang digambarkan dalam film ini adalah memukul mundur seluruh pasukan Nazi Jerman hingga seluruh area Jerman diambil alih Sekutu. Waktu itu belum semua kantong-kantong Nazi Jerman dikuasai oleh Sekutu. Perjalanan tim Fury bersama tank-tank lainnya menjadi sentral cerita film yang mengambil lokasi shooting di Inggris ini. Dalam mengemban misi tersebut, persahabatan para awak Fury terjalin menguat karena masing-masing memiliki kesiapan mental yang sama untuk menghadapi situasi apapun dalam suasana perang, termasuk menghadapi kematian. Dan disinilah letak kekuatan cerita Fury. Bahkan Wardaddy menyebut Fury adalah rumahnya saking sudah meleburnya hatinya dengan Fury dan para anak buahnya yang menjadi tanggung jawabnya.
Kesampingkan adegan-adegan sadis dalam film ini yang juga kerap muncul dalam film perang sebagai bumbu penyedap. Juga kesampingkan sudut pandang politis dimana tentara AS menjadi sosok protagonis. Kekuatan film ini justru pada perjuangan, komitmen, dedikasi, tanggung jawab, pilihan hidup, persahabatan, serta sisi kemanusiaan yang membuat kita betah menonton film ini meski durasinya lebih dari dua jam. Tensi film ini berjalan baik, ditambah sinematografi yang apik serta music score yang indah garapan Steven Price yang juga menggarap music score untuk film Gravity (mendapat Oscar dan piala BAFTA). Salah satu adegan terbaik di film ini ialah ketika sekelompok tank Sherman milik Sekutu digempur habis-habisan oleh satu tank Tiger I yang bertipe heavy tank, yang menyisakan Fury.
Buat para penggemar film perang, film ini sangat direkomendasikan dan sepertinya layak disandingkan dengan Saving Private Ryan, The Thin Red Lines atau mungkin Platoon. Bagi Brad Pitt, saya rasa ini adalah peran terbaiknya di genre film perang  selain perannya yang ciamik di Inglorious Bastards (versus Nazi) dan World War Z (versus zombie).
Fury, lepas dari keabsahan fakta yang dilayarlebarkan serta sejumlah kritik tentang kesadisan dan kebrutalannya, layak disebut salah satu film perang terbaik bahkan menurut saya adalah salah satu film terbaik tahun 2014 dan bakal menjadi kuda hitam di Oscar 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar